"Wellcome to My Blog" and "Thank You So Much" ^^

Senin, 29 November 2010

Penemuan Kapal NABI NUH A.S

Ketika banjir dahsyat, Nabi Nuh membawa semua khewan berpasang-pasangan ke dalam kapalnya. Kapal itu meski besar, namun bukan tanpa batas. Agar selama pelayaran tidak terjadi kelahiran yang membuat kapal penuh sesak, Nabi Nuh memerintahkan semua pejantan mencopot anunya dan menggantungkannya di rak yang disediakan. Ketika banjir menyurut, dengan gembira para khewan berlarian turun dari kapal. Tiba-tiba terdengar Nabi Nuh berteriak: "Para pejantan harap kembali ke kapal mengambil anunya masing-masing." Mendengar itu para pejantan kembali ke kapal. Dasar khewan, mereka tidak bisa berdisiplin, masing-masing khewan seenaknya mengambil anu lainnya. Kuda yang larinya paling cepat memilih anu yang paling besar, yaitu milik si gajah. Gajah yang tidak bisa lari kencang terpaksa mengambil anu yang ada. Bebek yang datang paling belakangan tidak menemukan anunya, walau pun sudah dicari ke sana ke mari. Melihat itu Nabi Nuh berkata: "Sepertinya ada yang mengambil lebih dari satu anu deh, begini saja, kamu pakai potongan tali kapal dulu, nanti kalau milik kamu ditemukan, gampang tinggal diganti lagi 'kan?" Semut yang anunya hampir tidak terlihat saking kecilnya, tidak berhasil menemukannya kembali, entah menyingsal di mana? Nabi Nuh berjanji kepada semut: "Nanti kalau ditemukan, saya beritahu salah satu dari kamu, okki dokki yah." Itulah sebabnya mengapa sejak itu kuda berjalan dengan kepala tegak, merasa congkak dengan anunya yang besar. Sedangkan gajah selalu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis mengerti mengapa kini anunya lebih kecil dari anu kuda? Bebek tetap tidak berhasil menemukan kembali anunya, karenanya anu bebek sampai sekarang berbentuk tali spiral. Semut juga belum berhasil menemukan anunya, maka setiap kali berpapasan dengan sesamanya, semut selalu berhenti sejenak dan saling bertanya: "Sudah ketemu belum?"

Bahtera (kapal) Nuh telah lama menjadi kontroversi di dunia arkeologi. Sejarah mencatat bahwa Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat sebuah bahtera karena Tuhan berniat menurunkan hujan maha lebat ke bumi. Al-Quran mengisahkan bahwa Nuh mentaati perintah tersebut dan tepat pada waktu yang telah ditentukan Tuhan, maka turunlah hujan yang sangat lebat ke muka bumi dan menenggelamkan semua makhluk hidup yang ada. Nuh beserta keluarganya dan binatang-binatang yang diselamatkannya kemudian mengapung bersama bahtera tersebut.

Kisah tersebutkemudian menjadi bahan perbincangan yang hangat di kalangan sejarawan dan arkeolog. Ada pihak yang mendukung bahwa kisah tersebut adalah nyata, namun ada juga yang menganggapnya hanya sekedar dongeng. Namun, perdebatan tersebut kini berakhir dengan telah ditemukannya bukti-bukti ilmiah berkaitan dengan kisah tersebut. Sisa-sisa bahtera tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang Kapten angkatan darat dari militer Turki. Ia menemukannya secara tidak sengaja pada waktu meneliti foto-foto wilayah pegunungan Ararat. Kemudian untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, diundanglah ahli-ahli arkeologi dari Amerika Serikat untuk meneliti keabsahannya.



Alkisah, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh -- nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar -- demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.
Cerita tentang bahtera Nabi Nuh dikisah dalam berbagai kitab suci dan telah difilmkan. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara sudah lama penasaran dengan kebenaran kisah ini. Untuk membuktikan kebenaran cerita itulah, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.

Lalu dimana sebenarnya bukit Judi, yang menjadi tempat berlabuhnya bahtera Nuh inilah yang hingga kini masih banyak diperselisihkan orang. Ada yang mengatakan bahwa ia berada di Armenia, ada yang mengatakan di Iraq, ada yang mengatakan di Turki atau juga di daerah Yaman.
Mereka yang mengatakan bahwa bahtera Nuh tersebut berada di Armenia berdasarkan pada apa yang diberitakan didalam injil bahwa bahtera itu terdampar di bukit Ararat.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Ararat bukanlah sebuah bukit akan tetapi ia adalah sebuah perbukitan yang memanjang antara Armenia, Turki dan Iraq bagian utara sementara bukit Judi adalah salah satu bukit dari perbukitan Ararat itu.


 
Sementara itu orang yang mengatakan bahwa bahtera Nuh berada di Yaman mengemukakan beberapa argumentasinya seperti :
1. Bahwa tidak pernah terjadi air bah di daerah Asia Tengah yang menjadikan bahtera Nuh berada di Armenia sebagaima disebutkan berbagai sumber sejarah dan hasil dari penelitian orang-orang Amerika di Laut Mati dan daerah-daerah sekitarnya pada tahun 2005.
2. Dan disebutkan didalam beberapa sumber sejarah bahwa asal muasal kaum Nuh adalah Bani Rasib yang merupakan asal-muasal dari orang-orang Yaman yang kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jazirah Arab.
3. Keberadaan gunung yang disebut dengan Tanur berada di kota Hamdan propinsi Shan’a.
4. Dan sesungguhnya kuburan Nabi Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm. Hal ini dibuktikan dengan nama kota itu adalah Nahm yang juga nama dari Nabi Nuh as, Nuh adalah Nahm, sebagaimana disebutkan didalam Taurat.
5. Kota Shan’a dahulunya juga bernama kota Saam bin Nuh as.



Kapal yang merupakan penyelamat kehidupan di muka bumi ribuan tahun yang lalu tersebut saat ini tengah menjadi perbincangan dimana-mana, terutama para arkeolog yang menelitinya. Antara percaya dan tidak, tetapi kalau menurut Alkitab yang bercerita tentang sejarah Nabi Nuh dan umatnya, hal yang mungkin terlihat mustahil bagi sebagian orang dapat menjadi kenyataan sesuai kehendak-Nya. Diceritakan dalam Alkitab bahwa Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah untuk membuat bahtera atau kapal. Hal tersebut dikarenakan Allah akan menurunkan hujan yang sangat lebat untuk memberikan hukuman bagi kaum umat manusia yang saat itu telah sangat berdosa. Maka segeralah, nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal atau bahtera yang maha besar. Maka setelah kapal selesai dibuat, semua binatang yang ada dikumpulkan dan dinaikkan ke kapal dengan tujuan agar mereka terhindar dari kepunahan.
Dan benar adanya, setelah kapal nabi Nuh selesai dan semua hewan yang berpasangan telah naik ke kapal. Hujan yang maha lebat pun datang. Mereka yang ingkar kemudian tenggelam oleh banjir tersebut, tetapi bagi mereka yang beriman dapat selamat dan melanjutkan kehidupan mereka setelah tertolong oleh kapal Nabi Nuh.
Dikisahkan, sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang Bumi. Sebelum bencana mahadahsyat itu terjadi, Nabi Nuh — nabi tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi, diberi wahyu untuk membuat kapal besar — demi menyelamatkan umat manusia dan mahluk Bumi lainnya.
Cerita tentang bahtera Nabi Nuh dikisah dalam berbagai buku, sejumlah film dan lain-lain. Sejumlah ahli sejarah dari berbagai negara sudah lama penasaran dengan kebenaran kisah ini.
Untuk membuktikan kebenaran cerita itulah, kelompok peneliti dari China dan Turki yang tergabung dalam ‘Noah’s Ark Ministries International’ selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu legendaris tersebut.
26 April 2010 mereka mengumumkan mereka menemukan perahu Nabi Nuh di Turki. Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar